Mengiklashkan Cita-cita


Umur saya sudah 32 Tahun, sebenarnya ini adalah umur manusia yang paling produktif menurut saya. Pada umur ini manusia sudah punya cukup pengalaman dan cukup bekal ilmu untuk menjadi versi terbaik dirinya. Dalam versi terbaik manusia ini dia sudah memiliki  kapasitas yang cukup untuk meraih cita-citanya. Menjadikan cita-citanya menjadi kenyataan.

Namun hal tersebut rupanya tidak berlaku untuk saya. Saya merasa lelah, merasa tidak berdaya, dan mungkin semakin mengerti sebenarnya apa cita-cita saya yang sebenarnya. Cita-cita saya sebenarnya adalah jadi Presiden,, meski dulu pernah berganti-ganti tp itulah yg saya pegang paling tidak sampai sekarang. Saya pun sudah merencanakan tahapanya, dimana sebelumnya saya harus jadi mentri dulu, dan sebelumnya saya harus jadi direktur atau wakil mentri dulu. Tahapan-tahapan yang masih bisa di realisaskina sebenarnya meski menuntut kerja keras dan usaha yang benar-benar maksimal.

Tapi kemudian saya fikir-fikir lagi, apa sebenarnya yang saya kejar dari menjadi seorang presiden ? Tidak ada hal khusus, sebenarnya saya hanya ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya manusia yang ada di bumi ini. Mungkin dulu saya mencerminkan hal tersebut ada dalam diri seorang presiden, dimana paling tidak dia harus menjadi manusia yang bermanfaat untuk rakyatnya. Dari pengalaman saya selama bekerja hampir 10 tahun ini kemudian saya merasakan sebuah iklim dimana iklim tersebut tidak cocok dengan prinsip hidup saya. Iklim yang membuat saya tidak nyaman, padahal tujuan dan cita-cita saya berada dalam iklim seperti itu.

Menjadi seorang pemimpin di negeri ini atau negeri manapun pasti sarat dengan banyak kepentingan dan memang seperti itu adanya. Tidak semua kepentingan itu baik, pasti ada kepentingan yang justru tidak membawa manfaat untuk orang lain atau justru malah merugikan. Dan saya tidak bisa menerima kalau diri saya menjadi manusia yang kelak akan merugikan orang lain. Mungkin secara sadar saya menolak, tapi saya yakin akan ada banyak kondisi yang membuat saya menjadi manusia yang merugikan dimana bisa jadi saya tergiur atau memang saya sudah benar benar menjadi sampah. Terlalu kencang anginnya, dan saya fikir saya tidak akan sanggup untuk itu.

Selain itu,  iklim yang tidak sehat dalam prosesnya. Saya sudah bekerja hampir 10 tahun dan saya sudah bertemu dengan banyak manusia yang diberi kewenangan dan kekuasaan yang besar. Tidak sekedar bertemu, tetapi juga berinteraksi. Saya mempelajari perilaku mereka dan kebiasaan mereka, kebiasaan yang saya sama sekali tidak nyaman melakukannya. Saya bukan orang yang pandai basa-basi, bersenda gurau membahas sesuatu yang menurut saya tidak perlu dibahas karena memang saya tidak suka, apalagi melakukan hal-hal yang jelas tidak baik dan tidak ada manfaatnya. Saya sempat berfikir, bahwa sebenarnya tidak semuanya seperti itu, pasti ada beberapa dari mereka yang baik. Lingkungan kerja saya mungkin memang tidak luas, tapi pengalaman saya sudah cukup menggambarkan bahwa untuk mencapai posisi yang lebih tinggi lagi, kita hanya akan bertemu dengan manusia manusia yang sanggup bertahan dengan iklim yang ada pada ketinggian tersebut. Mereka yang tidak sanggup bertahan, akan tersisihkan dengan sendirinya.

Saya memang bukan manusia yang sempurna, apalagi punya perilaku seperti nabi jelas jauh dan tidak sama sekali. Tetapi saya sadar dan masih bisa membedakan mana yang benar dan tidak benar. Paling tidak ketika saya menjadi manusia yang tidak berguna, saya tidak mau menjadi manusia yang merugikan orang lain.


Dari semua yang saya amati, akhirnya saya merelakan cita-cita saya..
Saya sudah tidak ingin lagi menjadi presiden,,

Saya hanya ingin menjadi manusia yang tidak menyusahkan, berusaha menjadi manusia yang bermanfaat

Saya tau masih banyak caranya untuk menjadi manusia yang bermanfaat,
Tetap bermanfaat dan berada dalam iklim yang baik
iklim yang jauh dari perbuatan maksiat
iklim yang penuh ridho dari Allah SWT
Saya sadar, ketika orang-orang seperti saya memilih untuk tidak menjadi pemimpin, maka kursi kursi pemimpin nantinya hanya akan diisi oleh orang-orang yang bisa bertahan dalam iklimnya
Tapi saya juga sadar, bahwa untuk mempertanggung jawabkan terhadap manusia-manusia yang kita pimpin itu juga tidak gampang..
Dan saya tidak mau menanggung jawabi perbuatan mereka yang memang tidak sesuai dengan yang seharusnya..
Dan seperti itulah saya mengiklashkan cita-cita saya..
Saya memang egois, tapi daripada menjadi sok bijaksana dan menjadikan saya manusia yang rusak..
saya lebih memilih menjadi manusia egois..


Comments